RIWAYAT SINGKAT WALIYULLAH SYAYYID ROBBIBINUR BIN SYAYYID ABDULMAJID / WALI BIRU
KEDATANGAN DITANAH JAWA
Sekitar tahun 1417 M, Syayyid Robbinur yang berasal dari Hadra maut – Yaman berangkat bersama saudara – saudaranya yang sesama Habaib, seperti: Syayyid Shonhaji ( Mbah Bolong - Ampel ) , Syayyid Ahmad Faqih ( Mbah Kaliagung – Tirem – Gresik ), Syayyid Silbani ( Wales – Blado ), Syayyid Laduni ( Kebagusan – Jeporo ), dll. Keberangkatan mereka ketanah Jawa atas petunjuk Syayyid Abdulmajid yang mendapat petunjuk dari Allah, agar mereka berguru kepada Syayyid Ali Rohmatullah / Sunan Ampel di Padepokan / Pesantren Ampel Dento Surabaya. Sesampainya di Ampel, rombongan yang dipimpin oleh Syayyid Robbibinur diterima oleh Sunan Ampel dengan senang hati, bahkan semua fasilitas sudah disiapkan. Mereka sangat terkejut ketika Sunan Ampel memberitahukan kepada rombongan bahwa dia sering kontak dengan Syayyid Abdulmajid.
BELAJAR DAN MENIKAH
Syayyid Robbibinur beserta saudaranya belajar dengan rajin, tekun dan penuh kesabaran. Sesama santri dia tidak mau dibedakan atau membeda bedakan, tidak melihat keturunan, golongan, bangsa dsb, yang penting seiman dan merasa sama – sama mahluk Allah. Karena kemampuanya yang sangat tinggi dan semangat belajar yang besar serta dilandasi sikap sopan santun itulah yang membuat Syayyid Robbibinur sangat menonjol diantara sesama santri. Selain menguasai ilmu agama lahir batin juga menguasai ilmu kanuragan / silat, tata negara dan tataperang, perdagangan juga pertanian. Karena itulah Syeh Nurhadi / Sunan Bungkul – Surabaya ingin menjadikanya menantu. Dengan seijin Sunan Ampel akhirnya menjadi menantu Sunan Bungkul dan dikaruniai putra yang bernama Syayyid Sholeh / Mbah Sholeh. Mbah Sholeh oleh ayahnya disuruh mengabdi kepada Sunan Ampel sampai wafat. Mbah Sholeh pernah hidup mati sampai sembilan kali dan dimakamkan didepan masjid Ampel – Surabaya. Selain itu Syayyid Robbinur yang membikin sayembara buah delima wulung, yangmana siapa yang mampu mengambil buah delima dari pohonya akan dijodohkan dengan adik ipar perempuanya. Banyak Pangeran, Bangsawan, Kiai dan santri, juga pendekar yang mengikuti sayembara itu. Akhirnya yang bisa memenangkan sayembara itu adalah Sunan Giri Gresik.
PERJALANAN DA’WAH
Syayyid Robbibinur mendapat tugas dari Sunan Ampel untuk berda’wah keliling Jawa Timur. Dengan penuh semangat, tekun dan sopan santun membuat da’wahnya berhasil dimana – mana, sehingga hal ini didengar oleh para wali dan ulama’, bahkan Sultan Demak / Raden Fattah juga mendengarnya. Ketika itu Kasultanan Demak sedang terusik oleh kegiatan penyebaran faham Syeh Siti Jenar dan Kiageng Kebo Kenongo yang dirasa menyimpang dari Syariat Islam. Setelah para wali mendapat isaroh dari Allah, kemudian mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Sunan Giri. Hasil musyawarah, yang bisa mengatasi kegiatan Syeh Siti Jenar adalah Syayyid Robbibinur. Kemudian Syayyid Robbibinur dipanggil dan datang ke Kasultanan Demak untu mendapat tugas membendung ajaran Syeh Siti Jenar. Syayyid Robbibinur berangkat kedaerah Rawa Pening / Banyu Biru dan membikin Padepokan / Pesantren sebagai sarana untuk memperlancar tugas dan sarana da’wah. Syeh Siti Jenar mendirikan Padepokan di sebelah timur Banyu Biru dan Syayyid Robbibinur mendirikan Padepokan disebelah barat Banyu Biru tepatnya di Maskumambang ( sampai sekarang petilasanya masih ada ). Dengan kemampuan lahir batin yang mumpuni dari Syayyid Robbibinur, membuat Syeh Siti Jenar kesulitan megembangkan ajaranya bahkan muritnya semakin berkurang. Karena bertempat di Banyu Biru itulah maka Syayyid Robbibinur dijuluki Wali Biru / Kyai Biru / Wali Biron. Ketika itu juga Mbah Wali Biru mempunyai dua orang murid istimewa yaitu Sunan Bonang dan Patih Wonosalam ( Patih Kasultanan Demak ).
MENJADI PENASEHAT SULTAN DEMAK
Setelah Syeh siti Jenar diadili para wali, Mbah Wali Biru diminta oleh Sultan Fatah dan persetujuan Wali Sembilan untuk menjadi penasehat Kasultanan Demak. Adapun pengadilan para Wali Sembilan kepada Syeh Siti Jenar yaitu supaya Syeh Siti Jenar membunuh atau menghilangkan ajaranya / aliranya dan kembali kepada ajaran Islam yang sempurna. Jadi yang selama ini pengertian bahwa Syeh Siti Jenar dibunuh / dipenggal lehernya adalah tidak benar. Yang benar, setelah Syeh Siti Jenar mengakui kesalahanya, namanya dikembalikan namanya oleh para wali menjadi Syeh Abdul Jalil dan diberi tugas untuk mendampingi Ibu Ratu Kalinyamat di Kadipaten Jepara. Adapun Mbah Wali Biru juga mendapat tugas mengawasi kegiatan Syeh Abdul Jalil. Mbah Wali Biru disamping sebagai penasehat juga sebagai pelatih laskar / prajurit Kasultanan Demak. Mbah Wali Biru menjadi penasehat Kasultanan Demak selama 4 tahun.
TUGAS KE KADIPATEN KALIWUNGU
Adipati Kaliwungu datang menghadap kepada Sultan Demak untuk meminta bantuan ulama’ dari Kasultanan Demak sebab perkembangan Agama Islam di Kaliwungu kurang maju. Apalagi di Kadipaten Kaliwungu belum ada tokoh ulama’ yang mempunyai kemampuan tinggi. Dari hasil musyawarah antara Wali Sembilan dan Sultan Demak akhirnya Mbah Wali Biru ditunjuk untuk da’wah di Kadipaten Kaliwungu. Setelah pindah di Kaliwungu Mbah Wali Biru mendirikan Padepokan / Pesantren di daerah Geseng – Kendal. Karena kemampuan yang tinggi dari Mbah Wali Biru akhirnya Kaliwungu menjadi pusat terbesar pendidikan Agama Islam se Negara Kasultanan Demak Bintoro. Santrinya tidak hanya dari wilayah Kasultanan Demak bahkan ada yang dari luar negeri. Mbah Wali Biru tugas di Kaliwungu selama 9 tahun dan sudah menghasilkan ulama’ – ulama’ besar yang menyebar diwilayah Kasultanan Demak.
DA’WAH DI KEPATIHAN SELOTLANGU / SELOKATON
Pada jaman Demak nama Selokaton adalah Selotlangu yang merupakan wilayah Kepatihan / Kawedanan. Setelah jaman Kasultanan Surakarta nama Selotlangu dirubah menjadi Selokaton. Mbah Wali Biru sudah merasa sangat tua dan berkeinginan untuk hidup didaerah yang sepi / ber uzlah. Kebetulan waktu itu Patih Selotlangu mohon bantuan Ulama’ kepada Adipati Kaliwungu yang berda’wah diwilayahnya. Sebab masyarat Selotlangu kurang mengenal Agama Islam, bahkan sebagian besar rakyatnya masih berkepercayaan Animisme dan Dinamisme. Akhirnya Mbah Wali Biru bersama beberapa santrinya yang dibawa dari Banyu Biru dan Kaliwungu berangkat ke Selotlangu setelah mendapat ijin dari Adipati Kaliwungu. Patih selotlangu memberi daerah perdikan untu didirikan Padepokan / Pesantren kepada Mbah Wali Biru yang berupa hutan. Para santri babat alas yang dipimpin oleh Mbah Wali Biru, yang kemudian diberi nama Padukuan Biron. Setelah Padepokan / Pesantren berdiri Mbah Wali Biru mulai menyusun strategi berdda’wahnya, sebab masyarakat Selotlangu mempunyai sifat yang berbeda. Menggunakan da’wah Islam secara langsung tidak memungkinkan, melalui pertanian dan perdagangan tidak menarik, akhirnya Mbah Wali Biru berda’wah dengan cara mengajarkan ilmu kanoragan dan kesaktian. Ternyata dengan cara itu menarik minat masyarakat Selotlangu. Awalnya Mbah Wali Biru memperagakan ilmu silat yang ditonton oleh rakyat Selotlangu di Padepokan, akhirnya mereka berminat dan banyak yang mendaftarkan diri untuk belajar silat. Bila ikut silat saratnya hanya dengan berwudlu, dan bila mereka sudah menguasai ilmu dasar silat maka dikukuhkan dengan membaca Syahadat.
Kalau ingi bertambah sakti ( kata Mbah Wali Biru ), para murid disuruh membaca japa mantra dan bergerak menirukan gerakan beliau. Sebenarnya yang dikerjakan oleh Mbah Wali Biru adalah memberikan contoh tatacara mengerjakan Sholat. Setelah mereka bisa baru dijelaskan bahwa yang mereka kerjakan itu adalah Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap orang Islam. Begitulah cara Mbah Wali Biru berda’wah mulai dari Silat menjadi Sholat. Dalam waktu singkat Padepokan / Pesantren berkembang dengan pesat dan santrinya dari mana – mana.
WAFAT DI SELOKATON
Atas seijin Sultan Demak, Para Wali dan Adipati Kaliwungu, Mbah Wali Biru menetap di Selokaton sampai wafat. Adapun istri dan anaknya jauh sebelumnya sudah wafat dan dimakamkan di Surabaya. Mbah Wali Biru wafat dalam usia 155 tahun dan dimakamkan di sekitar Padepokan / Pesantren Biron – Selokaton yang beliau dirikan. Karena usia yang panjang itu Mbah Wali Biru disebut juga dengan Wali Budha, maksudnya bukan agamanya yang budha tetapi usianya yang panjang / lama / budha.
PESAN AGAMA MBAH WALI BIRU
Pesan Agama yang sangat terkenal dari Mbah Wali Biru antara lain :
1. Qodrat Manusia adalah:
- Bodoh: maka jangan merasa paling Pinter
- Hina : maka jangan merasa paling Mulia
- Apes : maka jangan merasa paling Ampuh
- Salah : maka jangan merasa paling benar
Maka dari itu marilah kita berusaha jadi manusia yang Jujur, Sabar, Tawakal, Ikhlas dan Nerima.
2. Sempurnanya manusia hidup itu apabila:
- Berbakti kepada Allah SWT
- Berbakti kepada kedua Orang Tuanya
- Berbakti kepada Rosulullah dan Gurunya
RIWAYAT WALI BIRU DARI AL MUKHAROM KH. SIROJ
Di tahun 1954 Al Mukharom KH. Siroj – Payaman – Magelang setelah acara pengajian beliau mengatakan ketika sedang ngaji beliau berhenti sebentar sebab kedatangan Mbah Wali Biru bil ghoib. Kemudian Mbah Siroj menceritakan secara singkat tentang riwayat Mbah Wali Biru kepada Santri dan Jamaah yang hadir. Adapun pesan dari Mbah Wali Biru kepada Mbah Siroj adalah:
“ Apabila suatu saat nanti Tanah Biru keluar asapnya, Banyu Biru keluar candinya, maka saat itulah makamku ( Wali Biru ) dirawat oleh anak cucu”. Kemudian Mbah Siroj menyampaikan pesan khusus dan sekaligus tugas kepada santrinya yaitu Abi Mansur ( KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo ) supaya mewujutkan pesan dari Mbah Wali Biru.
Pada tahun 1987 apa yang di pesankan oleh Mbah Wali Biru itu terjadi dan nyata,yaitu Tanah Biru ( Dieng – Wonosobo ) berhari hari keluar asapnya, Banyu Biru ( Rawa Pening – Ambarawa ) keluar pulaunya / candinya, dan di tahun itu juga ditemukan makam Wali Biru di Biron – Selokaton – Sukorejo – Kendal. Sejak itulah makam dibangun / dirawat bersama – sama oleh Jamaah Alkaromah dan warga masyarakat Selokaton sampai sekarang.
PERIHAL MAKAM WALI BIRU
1. Khaul Wali Biru dilaksanakan setiap Hari Senin ke 3 dalam Bulan Syawal
2. Wirid kunci Mbah Wali Biru adalah: YA HAYYU QOYYUMU 300X.
3. Wali Biru merupakan cucu ke 26 dari Rosulullah Muhammad SAW.
Demikianlah riwayat singkat Syayyid Robibbinur / Wali Biru mulai dari Hadramaut – Yaman sampai wafat di Biron – Selokaton – Sukorejo. Semoga sejarah ini menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Waliyullah yang ada ditanah air kita Indonesia. Dan semoga pula barokah karomah Mbah Walibiru melimpah kepada kita semua yang percaya, sehingga meningkatkan Iman Islam kita untuk menuju keselamatan lahir batin dan dunia akhirat. Amiin..
KEDATANGAN DITANAH JAWA
Sekitar tahun 1417 M, Syayyid Robbinur yang berasal dari Hadra maut – Yaman berangkat bersama saudara – saudaranya yang sesama Habaib, seperti: Syayyid Shonhaji ( Mbah Bolong - Ampel ) , Syayyid Ahmad Faqih ( Mbah Kaliagung – Tirem – Gresik ), Syayyid Silbani ( Wales – Blado ), Syayyid Laduni ( Kebagusan – Jeporo ), dll. Keberangkatan mereka ketanah Jawa atas petunjuk Syayyid Abdulmajid yang mendapat petunjuk dari Allah, agar mereka berguru kepada Syayyid Ali Rohmatullah / Sunan Ampel di Padepokan / Pesantren Ampel Dento Surabaya. Sesampainya di Ampel, rombongan yang dipimpin oleh Syayyid Robbibinur diterima oleh Sunan Ampel dengan senang hati, bahkan semua fasilitas sudah disiapkan. Mereka sangat terkejut ketika Sunan Ampel memberitahukan kepada rombongan bahwa dia sering kontak dengan Syayyid Abdulmajid.
BELAJAR DAN MENIKAH
Syayyid Robbibinur beserta saudaranya belajar dengan rajin, tekun dan penuh kesabaran. Sesama santri dia tidak mau dibedakan atau membeda bedakan, tidak melihat keturunan, golongan, bangsa dsb, yang penting seiman dan merasa sama – sama mahluk Allah. Karena kemampuanya yang sangat tinggi dan semangat belajar yang besar serta dilandasi sikap sopan santun itulah yang membuat Syayyid Robbibinur sangat menonjol diantara sesama santri. Selain menguasai ilmu agama lahir batin juga menguasai ilmu kanuragan / silat, tata negara dan tataperang, perdagangan juga pertanian. Karena itulah Syeh Nurhadi / Sunan Bungkul – Surabaya ingin menjadikanya menantu. Dengan seijin Sunan Ampel akhirnya menjadi menantu Sunan Bungkul dan dikaruniai putra yang bernama Syayyid Sholeh / Mbah Sholeh. Mbah Sholeh oleh ayahnya disuruh mengabdi kepada Sunan Ampel sampai wafat. Mbah Sholeh pernah hidup mati sampai sembilan kali dan dimakamkan didepan masjid Ampel – Surabaya. Selain itu Syayyid Robbinur yang membikin sayembara buah delima wulung, yangmana siapa yang mampu mengambil buah delima dari pohonya akan dijodohkan dengan adik ipar perempuanya. Banyak Pangeran, Bangsawan, Kiai dan santri, juga pendekar yang mengikuti sayembara itu. Akhirnya yang bisa memenangkan sayembara itu adalah Sunan Giri Gresik.
PERJALANAN DA’WAH
Syayyid Robbibinur mendapat tugas dari Sunan Ampel untuk berda’wah keliling Jawa Timur. Dengan penuh semangat, tekun dan sopan santun membuat da’wahnya berhasil dimana – mana, sehingga hal ini didengar oleh para wali dan ulama’, bahkan Sultan Demak / Raden Fattah juga mendengarnya. Ketika itu Kasultanan Demak sedang terusik oleh kegiatan penyebaran faham Syeh Siti Jenar dan Kiageng Kebo Kenongo yang dirasa menyimpang dari Syariat Islam. Setelah para wali mendapat isaroh dari Allah, kemudian mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Sunan Giri. Hasil musyawarah, yang bisa mengatasi kegiatan Syeh Siti Jenar adalah Syayyid Robbibinur. Kemudian Syayyid Robbibinur dipanggil dan datang ke Kasultanan Demak untu mendapat tugas membendung ajaran Syeh Siti Jenar. Syayyid Robbibinur berangkat kedaerah Rawa Pening / Banyu Biru dan membikin Padepokan / Pesantren sebagai sarana untuk memperlancar tugas dan sarana da’wah. Syeh Siti Jenar mendirikan Padepokan di sebelah timur Banyu Biru dan Syayyid Robbibinur mendirikan Padepokan disebelah barat Banyu Biru tepatnya di Maskumambang ( sampai sekarang petilasanya masih ada ). Dengan kemampuan lahir batin yang mumpuni dari Syayyid Robbibinur, membuat Syeh Siti Jenar kesulitan megembangkan ajaranya bahkan muritnya semakin berkurang. Karena bertempat di Banyu Biru itulah maka Syayyid Robbibinur dijuluki Wali Biru / Kyai Biru / Wali Biron. Ketika itu juga Mbah Wali Biru mempunyai dua orang murid istimewa yaitu Sunan Bonang dan Patih Wonosalam ( Patih Kasultanan Demak ).
MENJADI PENASEHAT SULTAN DEMAK
Setelah Syeh siti Jenar diadili para wali, Mbah Wali Biru diminta oleh Sultan Fatah dan persetujuan Wali Sembilan untuk menjadi penasehat Kasultanan Demak. Adapun pengadilan para Wali Sembilan kepada Syeh Siti Jenar yaitu supaya Syeh Siti Jenar membunuh atau menghilangkan ajaranya / aliranya dan kembali kepada ajaran Islam yang sempurna. Jadi yang selama ini pengertian bahwa Syeh Siti Jenar dibunuh / dipenggal lehernya adalah tidak benar. Yang benar, setelah Syeh Siti Jenar mengakui kesalahanya, namanya dikembalikan namanya oleh para wali menjadi Syeh Abdul Jalil dan diberi tugas untuk mendampingi Ibu Ratu Kalinyamat di Kadipaten Jepara. Adapun Mbah Wali Biru juga mendapat tugas mengawasi kegiatan Syeh Abdul Jalil. Mbah Wali Biru disamping sebagai penasehat juga sebagai pelatih laskar / prajurit Kasultanan Demak. Mbah Wali Biru menjadi penasehat Kasultanan Demak selama 4 tahun.
TUGAS KE KADIPATEN KALIWUNGU
Adipati Kaliwungu datang menghadap kepada Sultan Demak untuk meminta bantuan ulama’ dari Kasultanan Demak sebab perkembangan Agama Islam di Kaliwungu kurang maju. Apalagi di Kadipaten Kaliwungu belum ada tokoh ulama’ yang mempunyai kemampuan tinggi. Dari hasil musyawarah antara Wali Sembilan dan Sultan Demak akhirnya Mbah Wali Biru ditunjuk untuk da’wah di Kadipaten Kaliwungu. Setelah pindah di Kaliwungu Mbah Wali Biru mendirikan Padepokan / Pesantren di daerah Geseng – Kendal. Karena kemampuan yang tinggi dari Mbah Wali Biru akhirnya Kaliwungu menjadi pusat terbesar pendidikan Agama Islam se Negara Kasultanan Demak Bintoro. Santrinya tidak hanya dari wilayah Kasultanan Demak bahkan ada yang dari luar negeri. Mbah Wali Biru tugas di Kaliwungu selama 9 tahun dan sudah menghasilkan ulama’ – ulama’ besar yang menyebar diwilayah Kasultanan Demak.
DA’WAH DI KEPATIHAN SELOTLANGU / SELOKATON
Pada jaman Demak nama Selokaton adalah Selotlangu yang merupakan wilayah Kepatihan / Kawedanan. Setelah jaman Kasultanan Surakarta nama Selotlangu dirubah menjadi Selokaton. Mbah Wali Biru sudah merasa sangat tua dan berkeinginan untuk hidup didaerah yang sepi / ber uzlah. Kebetulan waktu itu Patih Selotlangu mohon bantuan Ulama’ kepada Adipati Kaliwungu yang berda’wah diwilayahnya. Sebab masyarat Selotlangu kurang mengenal Agama Islam, bahkan sebagian besar rakyatnya masih berkepercayaan Animisme dan Dinamisme. Akhirnya Mbah Wali Biru bersama beberapa santrinya yang dibawa dari Banyu Biru dan Kaliwungu berangkat ke Selotlangu setelah mendapat ijin dari Adipati Kaliwungu. Patih selotlangu memberi daerah perdikan untu didirikan Padepokan / Pesantren kepada Mbah Wali Biru yang berupa hutan. Para santri babat alas yang dipimpin oleh Mbah Wali Biru, yang kemudian diberi nama Padukuan Biron. Setelah Padepokan / Pesantren berdiri Mbah Wali Biru mulai menyusun strategi berdda’wahnya, sebab masyarakat Selotlangu mempunyai sifat yang berbeda. Menggunakan da’wah Islam secara langsung tidak memungkinkan, melalui pertanian dan perdagangan tidak menarik, akhirnya Mbah Wali Biru berda’wah dengan cara mengajarkan ilmu kanoragan dan kesaktian. Ternyata dengan cara itu menarik minat masyarakat Selotlangu. Awalnya Mbah Wali Biru memperagakan ilmu silat yang ditonton oleh rakyat Selotlangu di Padepokan, akhirnya mereka berminat dan banyak yang mendaftarkan diri untuk belajar silat. Bila ikut silat saratnya hanya dengan berwudlu, dan bila mereka sudah menguasai ilmu dasar silat maka dikukuhkan dengan membaca Syahadat.
Kalau ingi bertambah sakti ( kata Mbah Wali Biru ), para murid disuruh membaca japa mantra dan bergerak menirukan gerakan beliau. Sebenarnya yang dikerjakan oleh Mbah Wali Biru adalah memberikan contoh tatacara mengerjakan Sholat. Setelah mereka bisa baru dijelaskan bahwa yang mereka kerjakan itu adalah Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap orang Islam. Begitulah cara Mbah Wali Biru berda’wah mulai dari Silat menjadi Sholat. Dalam waktu singkat Padepokan / Pesantren berkembang dengan pesat dan santrinya dari mana – mana.
WAFAT DI SELOKATON
Atas seijin Sultan Demak, Para Wali dan Adipati Kaliwungu, Mbah Wali Biru menetap di Selokaton sampai wafat. Adapun istri dan anaknya jauh sebelumnya sudah wafat dan dimakamkan di Surabaya. Mbah Wali Biru wafat dalam usia 155 tahun dan dimakamkan di sekitar Padepokan / Pesantren Biron – Selokaton yang beliau dirikan. Karena usia yang panjang itu Mbah Wali Biru disebut juga dengan Wali Budha, maksudnya bukan agamanya yang budha tetapi usianya yang panjang / lama / budha.
PESAN AGAMA MBAH WALI BIRU
Pesan Agama yang sangat terkenal dari Mbah Wali Biru antara lain :
1. Qodrat Manusia adalah:
- Bodoh: maka jangan merasa paling Pinter
- Hina : maka jangan merasa paling Mulia
- Apes : maka jangan merasa paling Ampuh
- Salah : maka jangan merasa paling benar
Maka dari itu marilah kita berusaha jadi manusia yang Jujur, Sabar, Tawakal, Ikhlas dan Nerima.
2. Sempurnanya manusia hidup itu apabila:
- Berbakti kepada Allah SWT
- Berbakti kepada kedua Orang Tuanya
- Berbakti kepada Rosulullah dan Gurunya
RIWAYAT WALI BIRU DARI AL MUKHAROM KH. SIROJ
Di tahun 1954 Al Mukharom KH. Siroj – Payaman – Magelang setelah acara pengajian beliau mengatakan ketika sedang ngaji beliau berhenti sebentar sebab kedatangan Mbah Wali Biru bil ghoib. Kemudian Mbah Siroj menceritakan secara singkat tentang riwayat Mbah Wali Biru kepada Santri dan Jamaah yang hadir. Adapun pesan dari Mbah Wali Biru kepada Mbah Siroj adalah:
“ Apabila suatu saat nanti Tanah Biru keluar asapnya, Banyu Biru keluar candinya, maka saat itulah makamku ( Wali Biru ) dirawat oleh anak cucu”. Kemudian Mbah Siroj menyampaikan pesan khusus dan sekaligus tugas kepada santrinya yaitu Abi Mansur ( KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo ) supaya mewujutkan pesan dari Mbah Wali Biru.
Pada tahun 1987 apa yang di pesankan oleh Mbah Wali Biru itu terjadi dan nyata,yaitu Tanah Biru ( Dieng – Wonosobo ) berhari hari keluar asapnya, Banyu Biru ( Rawa Pening – Ambarawa ) keluar pulaunya / candinya, dan di tahun itu juga ditemukan makam Wali Biru di Biron – Selokaton – Sukorejo – Kendal. Sejak itulah makam dibangun / dirawat bersama – sama oleh Jamaah Alkaromah dan warga masyarakat Selokaton sampai sekarang.
PERIHAL MAKAM WALI BIRU
1. Khaul Wali Biru dilaksanakan setiap Hari Senin ke 3 dalam Bulan Syawal
2. Wirid kunci Mbah Wali Biru adalah: YA HAYYU QOYYUMU 300X.
3. Wali Biru merupakan cucu ke 26 dari Rosulullah Muhammad SAW.
Demikianlah riwayat singkat Syayyid Robibbinur / Wali Biru mulai dari Hadramaut – Yaman sampai wafat di Biron – Selokaton – Sukorejo. Semoga sejarah ini menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Waliyullah yang ada ditanah air kita Indonesia. Dan semoga pula barokah karomah Mbah Walibiru melimpah kepada kita semua yang percaya, sehingga meningkatkan Iman Islam kita untuk menuju keselamatan lahir batin dan dunia akhirat. Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar